Disebuah pinggiran kota tinggallah satu keluarga kecil, yang terdiri dari seorang Kakak beradik serta ibu dan ayahnya, keluarga mereka terlihat sangat harmonis menurut semua orang. Akan tetapi, suatu hari terjadi sebuah hal yang menggoyahkan keharmonisan itu.
Setiap pagi si bungsu Shania selalu disuruh ibunya untuk menyapu dan mengepel rumah nya. “Shan ayo cepat sapu rumahnya jangan lupa di pel juga.” Ucap ibunya. Shania adalah anak yang penurut setiap kali di suruh oleh ibu dan ayahnya meskipun terkadang dia merasa muak dengan semua itu. “Iya bu iya,kok aku terus sih yang disuruh nyapu sama ngepel” jawab shania dengan sedikit kesal ,karena selalu disuruh mengerjakan pekerjaan rumah. “Loh kamu ini sudah berani ngelawan omongan orang tua ya?kamu ini anak perempuan sudah sewajarnya kalau bantu beres beres rumah” sahut ibunya. Setelah itu Shania pun langsung mengerjakan pekerjaan yang disuruh oleh ibunya dengan sedikit terpaksa dan jengkel. “Apa sih ibu tuh selalu aja aku yang disuruh, padahal kan ada Kak Shaka juga” batin Shania.
Shania yang baru duduk di bangku SMA biasanya harus pulang sore dari sekolahnya. Sesampainya di rumah Shania langsung pergi membersihkan badan dan mengemasi kembali peralatan sekolahnya. Setelah itu,Shania selalu Belajar sekitar 30 menit lalu membantu ibunya untuk memasak makan malam. “Habis ini harus bantu ibu masak buat makan malam ya, haduh aku capek banget pengen istirahat” batinnya sambil membereskan buku-buku yang sudah ia pelajari. Tak lama itu dia langsung berjalan menuju ke dapur. Akan tetapi, ia terhenti di depan kamar kakaknya,ia melihat kakaknya yang bermalas-malasan sedang asik bermain game di ponselnya. “Kak! Kakak ini bukannya bantu ibu malah asik main ponsel melulu” ujar Shania pada kakaknya. Kakaknya yang tak peduli dengan ucapan adiknya tetap melanjutkan bermain game di ponselnya. “Ish! Dasar pemalas” batin Shania jengkel. Setelah itu Shania langsung pergi menuju ke dapur dan membantu ibunya memasak. Tak lama kemudian tiba waktunya untuk makan malam bersama,Shania berniat memberitahu pada ibu dan ayahnya agar kakaknya nya ikut membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah. “Ayah ibu, apa kalian tak berniat menyuruh kak Shaka ikut membantu beres-beres rumah tiap hari? Aku itu capek tiap hari disuruh terus sedangkan Kak Shaka cuman malas-malasan,aku juga punya hak untuk bebas” Ucap Shania pada mereka. Shaka kakaknya langsung menyahuti omongan adiknya “kamu kira aku ini gak capek apa?Aku ini juga capek urusan perkuliahan bukan kamu doang Shan!”bentaknya. Mereka pun mulai adu mulut saat sedang makan hal itu tak disukai oleh ayahnya. “Kalian ini jangan bertengkar saat makan!” Ucap ayahnya. Tak lama kemudian ibunya langsung menyahuti perkataan Shania tadi “kamu ini kan anak bungsu sekaligus perempuan yang nanti juga bakal jadi seorang istri, sedangkan kakak mu itu laki-laki dan juga masih sibuk dengan permasalahan kuliahnya kamu harusnya ngerti dong”. Ibunya memang memperlakukan Shania dan Shaka dengan berbeda. Shania yang mendengar itu kecewa dengan jawaban ibunya dan sedikit kesal.
“Tapi ibu terlalu merajakan anak laki-laki yang dianggap tak perlu ikut membantu pekerjaan rumah,ini gak adil namanya bu!” Setelah Shania melontarkan perkataan itu, dia langsung masuk ke kamarnya tanpa menghabiskan makanan nya. Di kamarnya Shania berlinangan air mata. “Kenapa sih mereka selalu menganggap bahwa anak perempuan itu harus bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah, padahal kan seharusnya harus adil dengan membagi tugas pada semua anak tak peduli dengan gender nya!” Batin Shania. Setelah Shania melimpahkan isi hatinya dengan menangis dibalik selimut nya agar tak terdengar suara tangisannya, secara tak sengaja ia tiba-tiba tertidur.
Keesokan harinya Karena akhir pekan Shania bangun sedikit lebih terlambat dari hari-hari biasanya. “Uhm aku kayaknya ketiduran ya habis nangis kemarin.” gumamnya. Setelah mengumpulkan niat untuk bangkit dari tempat tidur, Shania langsung membereskan dan menata kembali tempat tidurnya, kemudian ia langsung pergi mandi. Selepas mandi biasanya ia harus menyapu dan mengepel lantai rumahnya, tapi pada hari itu Shania berniat tak melakukan itu karena masih kesal pada kakak dan ibunya,Shania langsung pergi ke kamarnya untuk bermalas-malasan. Beberapa saat kemudian, ibunya memanggil untuk menyantap hidangan sarapan bersama yang sudah ia persiapkan sendiri.
Di meja makan Shania hanya diam tak bicara sepatah katapun saat menyantap hidangan yang sudah disajikan, Shania biasanya dikenal sebagai anak yang ceria tapi pada hari itu sifatnya berkebalikan. Ibunya menyadari bahwa ia bersikap seperti itu karena masalah yang terjadi saat makan malam kemarin. “Apa kamu masih marah sama ibu Shan?” Tanya ibunya kepada Shania. Akan tetapi,tak ada jawaban yang keluar dari mulut Shania. “Nak ibumu bertanya padamu.”ucap ayahnya. Ayahnya sangat menyayangi putri satu-satunya itu, meskipun ia terkadang dingin pada kedua anaknya. Shania merupakan anak kesayangan dari ayahnya dibanding dengan Shaka kakaknya. Karena Shania mempunyai sifat yang penurut dan sopan tak seperti kakaknya yang keras kepala dan angkuh.
Setelah ayahnya berbicara begitu, Shania langsung angkat bicara menjawab pertanyaan ibunya tadi. “Aku tak marah sama ibu aku hanya sedikit kesal dengan perlakuan Ibu kepada ku, yang selalu menyuruhku melakukan pekerjaan rumah sedangkan kakak tidak.” jawabnya. Shaka pada saat itu hanya diam tak bisa berkomentar lagi kepada adiknya, karena sedikit merasa bersalah telah membentak adiknya kemarin.
Suasana di meja makan di pagi hari itu sedikit canggung, karena masalah kemarin malam. Ibunya mencoba mencairkan suasana dengan meminta maaf pada anak bungsu nya itu “maafkan ibu Shan,ibu gak tahu kalau kamu mungkin capek setiap hari ibu suruh mengerjakan pekerjaan rumah.” ucapnya dengan lembut pada Shania. Shania yang mendengar permintaan maaf ibunya itu terkejut dan berlinang air mata “tidak apa apa kok bu gak perlu minta maaf,ini juga salah ku sendiri karena banyak ngeluh.” jawabnya. “Tidak Shan ibu sudah keterlaluan pada kamu, karena tak adil memperlakukan kamu yang berbeda dengan perlakuan ibu pada Shaka.” sahut ibunya. Suasana pada saat itu mulai mencair dan tak canggung seperti semula, Shaka yang tadinya hanya diam akhirnya angkat bicara “Shan.” Panggilnya. “Iya kak?” Jawab shania. “Maafkan kakak ya karena membentak mu kemarin saat makan malam.” Ujar Shaka pada Shania. Shania terkejut dengan permintaan maaf itu, karena pada dasarnya Shaka itu dikenal dengan manusia dingin dan keras kepala yang biasanya tak mau meminta maaf duluan. “E-eh iya kak tak apa kok kak,Shania juga salah karena kemarin tak bisa menjaga emosi.” jawabnya. ” Yah pokoknya aku minta maaf dan juga nanti aku berniat untuk mulai membantu pekerjaan rumah bersama-sama, agar kamu tak terlalu lelah mengerjakan nya sendiri.” ujar Shaka pada Shania dengan sedikit malu. Shania yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya dan memeluk kakaknya yang pada saat itu masih di meja makan. “H-hei Shan kamu ngapain sih.” ucap kakaknya tersipu malu karena di peluk adiknya. “Makasih banyak Kak!” Ucap Shania. Pada dasarnya keluarga mereka adalah keluarga yang harmonis, meskipun mempunyai sifat dan karakter yang berbeda pada anggota nya. Setelah berakhirnya permasalahan itu, mereka pun kembali menjadi keluarga yang harmonis dan saling menghargai.
-TAMAT-