Suasana sekolah sedang ramai. Kegaduhan dan ketegangan menciptakan atmosfer yang mencekam. Konflik antara dua siswa telah mencapai puncaknya, dan cerita ini akan membawa kita kepada detik-detik kritis dalam pertengkaran mereka.
Hari itu, di MTsN 1 Pasuruan, sekolah yang biasanya damai, terjadi percekcokan antara dua siswa, Miko dan Ryan. Keduanya memiliki kepribadian yang kuat dan sulit untuk mengendalikan emosi mereka.
Awalnya, ketegangan antara Miko dan Ryan bermula dari perselisihan kecil. Namun, hal-hal kecil itu kemudian menjadi bola salju yang semakin membesar, membawa mereka ke ambang perkelahian di sekolah. Murid-murid yang mengetahui pertikaian ini berkumpul di halaman sekolah, tertarik dengan drama yang sedang terjadi.
Tak lama kemudian, Miko dan Ryan berhadapan di tengah kerumunan. Wajah mereka dipenuhi amarah, dan pukulan pun tak terelakkan. Miko, yang biasanya tenang, terpancing oleh kata-kata kasar yang dilemparkan Ryan. Dia mendorong Ryan dengan keras, menyebabkan Ryan terjatuh ke tanah.
Namun, darah panas yang mengalir di tubuh Miko membuatnya kehilangan kendali. Ryan bangkit dari tanah dengan wajah yang membara dan melancarkan serangan balasan. Pukulan saling bertukar di antara mereka, menciptakan adegan yang mengerikan.
Saat itu, Mrs. Susmidah, salah satu guru yang berjaga di sekolah, tiba di tempat kejadian. Ia dengan sigap memisahkan mereka dan berusaha menenangkan situasi yang semakin memanas. Siswa-siswa di sekitar juga membantu meredakan pertengkaran tersebut.
Kepala sekolah segera mengetahui insiden ini dan memanggil kedua siswa ke ruangannya. Dalam pertemuan tersebut, mereka diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasan mereka satu sama lain. Kepala sekolah juga memberikan pemahaman tentang pentingnya komunikasi yang baik, kesabaran, dan menghargai perbedaan pendapat.
Dalam pertemuan tersebut, Miko dan Ryan mulai memahami bahwa perkelahian bukanlah jalan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mereka merasa malu dan menyesal atas tindakan mereka. Kepala sekolah mengenalkan mereka pada program mediasi, di mana mereka bisa duduk bersama dan mencari solusi bersama untuk masalah mereka.
Beberapa minggu kemudian, setelah melalui proses mediasi, Miko dan Ryan berhasil mencapai kesepakatan dan berdamai. Mereka menyadari bahwa kekerasan bukanlah cara yang benar untuk menyelesaikan perselisihan. Dari pengalaman itu, mereka belajar untuk lebih menghormati perbedaan dan menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih konstruktif.
Karya: M.Hafiz Ardiansyah (IX-A)