(K. Cerpen, Azzahra Ananda Putri kelas 9A)
OMBAK BERSAHUTAN
Di sebuah permukiman tepi pantai terdapat rumah kecil yang beranggotakan tiga bersaudara kakak beradik yaitu Kyra merupakan anak sulung yang bersekolah di SMA, Angga sebagai anak tengah yang bersekolah di SMP, Alisa merupakan anak sekolah dasar dan anak bungsu dari tiga bersaudara
Mereka berasal dari seorang ayah yang bekerja di sebuah bengkel dan seorang ibu rumah tangga, meski tidak berasal dari keluarga kaya raya rupanya mereka bertiga tetap bahagia layaknya anak-anak yang lain.
Di pagi hari yang cerah ini suara-suara ribut mulai terdengar dari luar kamarnya membuat anak laki² tersebut terbangun dari tidurnya, suara-suara tersebut sepertinya berasal dari kakak dan adiknya yang sedang berebut kamar mandi untuk pergi ke sekolah hal itu seakan akan sudah menjadi kebiasaan dari keluarga tersebut.
“Mas ayo bangun!!”ujar ibu kepada Angga.
“Biarin bu biar rezeki mas dipatok sama ayam hehe” ejek Alisa kepada Angga.
Angga: “Iyaa buu, apasih dek ikut-ikut aja”.
Ibu: “Kakak adek jangan ribut terus ayo cepat mandi, mas angga juga mau mandi nih nanti terlambat!”.
Kyra dan Alisa: “Iyaa buu”.
sedangkan di dapur ada ibu yang sedang menyiapkan sarapan pagi, seusai mandi mereka mulai bergegas menuju meja makan untuk menyantap sarapan pagi yang telah dibuat oleh ibu.
Kyra: “Selamat pagi ibu, hari ini lagi masak apa?”.
Ibu: “Wah sudah mandi semua, ibu lagi masak telur, tempe goreng, sup sayur, dan 3 gelas susu.
Mereka semua sudah berada di meja makan dan mulai menyantap sarapan pagi sambil berbincang-bincang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 Kyra dan Angga segera berangkat ke sekolah.
“Pak bu kita pamit ya takutnya nanti terlambat sampai sekolah.” Ucap Kyra dan Angga sambil mencium tangan kepada bapak dan ibu.
Bapak dan ibu sambil tersenyum: “Iya hati-hati kak jangan ngebut naik sepeda nya”.
dan mereka berangkat menggunakan sepeda tua kesayangannya karena tidak ada sepeda lagi yang dapat digunakan untuk pergi ke sekolah, padahal jarak antara sekolah dan rumah mereka sangat jauh.
Pada pukul 07.00 dilanjutkan dengan Alisa dan bapak berangkat bersama untuk ke sekolah dan bekerja .
Ayah: “Ayo Alisa dipakai sepatunya terus cium tangan kepada ibu”.
Alisa dengan sikap hormat dikepala: “siap pak”.
Alisa dan bapak sudah di atas motor dan siap berangkat.
Ibu: “Tidak ada barang yang ketinggalan pak?”.
Bapak sambil menggeleng kan kepala: “Sepertinya tidak ada bu, kita berangkat dulu ya bu takutnya nanti terlambat”.
Ibu: “Iya pak, dadah Alisa”.
dirumah hanya tersisa ibu yang sedang beberes rumah dan belanja bahan makanan untuk makan malam nanti.
Pada siang hari pukul 01.45 mereka semua sudah pulang ke rumah dan beristirahat. Ketika disore hari yang cerah aroma yang lezat berasal dari dapur membuat Kyra terbangun dan mulai bergegas menuju dapur untuk melihat aroma lezat apa yang telah dibuat oleh ibu, ternyata aroma lezat tersebut berasal dari sup daging yang menjadi hidangan favorit dari keluarga tersebut.
Kyra: “Wah ibu lagi bikin sup daging nih, ada yang bisa kubantu bu?”.
Ibu: ” Kebetulan sekali kamu sudah bangun tolong bantu ibu siapkan tempat buat sup dagingnya kalau sudah tolong bangunin mas sama adik ya”.
Kyra: ” Okee bu”
Setelah semuanya bangun mereka semua menuju dapur untuk menemui ibu.
Ibu: “Wah anak-anak ibu sudah bangun semua gimana nyenyak tidur nya?”.
Setelah berbincang bincang ibu menyuruh kita untuk segera mandi dan bersiap siap.
Ibu berkata:”Hmm enaknya hari ini kita pergi kemana ya pak bosen nih dirumah aja,apa kita ke….”.
Ibu berhenti bicara dan tidak melanjutkan kata² tersebut.
Alisa mendengarkan perkataan ibu dari kamar mandi dan membuat ia penasaran. Seusai mandi Alisa langsung menanyakan kepada ibu.
Alisa: “emang kita mau kemana dan ngapain bu….”.
Ibu: “kita akan……pergi kedepan rumah dan piknik hehe”.
Alisa: “Hmm aku kira mau kemana bu.. bu..”.
Kemudian Alisa bergegas memberitahu kakaknya kalau kita mau piknik didepan rumah.
Ibu: “Ayo semuanya kita harus cepat siap-siapnya,jangan lupa bawa alas buat duduk yaa!’.
“okeee” ujar mereka.
Dari kejauhan terdengar bunyi desaran ombak yang menerjang batu besar dan kulangkah kan kaki yang kira² hanya 20 langkah kaki dari rumah sesampainya di bibir pantai kita menggelar tikar dan duduk didekat pohon² yg tumbuh ditepi pantai seakan akan menari² apabila ditiup angit laut sekejap ke kanan dan sekejap kekiri, sambil memandang pantai yang terbentang luas, pasir putihnya mampu menyejukkan mata ketika memandangnya. Kami begitu menikmati saat-saat seperti ini, senja di tepian pantai. Saat ku lihat para nelayan sibuk mempersiapkan kapalnya untuk pergi berlayar, dan melihat burung-burung camar berterbangan di bibir pantai untuk pulang kembali ke sarangnya,ternyata ibu membawa sup spesial ke pantai.
Angga: “Ih ibu mah tau aja kalau anaknya sudah kelaparan hehe,”.
Ibu: “Iya dong agar kita tidak lapar dan lebih seru piknik kali ini.
Kemudian sembari menikmati sup spesial buatan ibu, Angga membawa percakapan tentang masa depan
Angga: “Andai kita menjadi orang kaya pak buk pasti kita sudah tidak tinggal disini dan kami pun punya sepeda sendiri sendiri untuk pergi ke sekolah, membeli barang barang yang diimpikan”.
Ibu dan bapak pun hanya bisa menjawab dengan senyuman, ombak pun melambai-lambai menyambut pasir pantai yang pasrah tersapu air seolah-olah mereka paham.
Langit pun mulai berganti malam kami pun mulai bergegas membereskan tikar dan kembali kerumah.
Keesokan harinya embun pagi yang basah. Hari siang masih belum tampak sebentar lagi akan terang benderang, burung-burung mulai berkicauan dan alarm pria itu berbunyi membuat pria itu harus membuka mata yang masih enggan terbuka, tapi dipaksa untuk dibuka selebar-lebarnya. Mimpi indah yang baru dimulai bagai disiram air panas lalu hilang seketika. Angga pun mulai mengingat-ingat lagi dan beberapa saat kemudian ia tersenyum lebar, rupanya Angga merindukan masa-masa ia masih sekolah dan masih tinggal di rumah kecil tepi pantai. Kini pria itu menjadi sukses dan dapat membeli motor impiannya dengan uangnya sendiri akan tetapi kini ia meninggalkan keluarga dan hidup sendiri di sebuah kota besar, meskipun memiliki harta yang cukup melimpah bagi ia hidup seseorang akan hampa tanpa adanya sebuah keluarga.