MENGEJAR MIMPI

MENGEJAR MIMPI

Namaku Erik Bramantyo, saat ini aku masih duduk kelas 9 di SMP swasta elite di kotaku. Ayahku seorang dosen di perguruan tinggi negeri terkenal di kota S. Sedangkan ibuku seorang dokter spesialis anak, yg bertugas di Rumah sakit swasta ternama di kotaku. Aku anak tunggal, jadi aku sering merasa kesepian karena mereka terlalu sibuk dengan aktifitasnya.

Pagi ini aku sudah mengemas baju-baju dan segala keperluan kedalam koper besarku. Libur panjang sekolah kali ini rencananya aku akan berlibur dirumah kakek, ayah dari ibuku, selama 2 pekan. Karena ayah dan ibuku kebetulan ada kesibukan masing-masing di luar kota sehingga tidak bisa menemaniku saat liburan kali ini.
Mobil travel yg sudah dipesan ayah sudah datang, bergegas aku berpamitan kepada mereka dan segera masuk kedalam mobil.

Mobil meninggalkan kotaku menuju ke arah selatan, hampir 5 jam perjalanan dengan berhenti dibeberapa rest area. Pemandangan yg asri pedesaan disepanjang perjalanan, sedikit melupakan rasa penat. Dan akhirnya sampai juga di perbatasan masuk kota P yang aku tuju. Namun ternyata mobil travel ini hanya bisa mengantarku sampai batas desa kakekku. Sedikit dongkol dalam hati tapi mau bagaimana lagi, berusaha menghubungi ayah atau kakek juga susah sinyal disini.
Berusaha tenang, aku memutuskan untuk duduk dibawah pohon di pinggir jalan masuk kampung. Angin membuatku sedikit mengantuk, namun tiba-tiba…
“Bruaaakkkk……”
“Astaghfirullah suara apa itu?!”, tak ayal aku menengok kesumber suara.
Dari arah belakang pohon, aku melihat seorang anak laki-laki sebaya denganku terjungkal diatas sepedanya. Segera aku hampiri untuk menolongnya, ada luka terbuka di lutut dan pelipis kirinya. Aku buka tas ranselku, dan mengeluarkan sebuah dompet kecil isi P3K. Ibu yang seorang dokter selalu membiasakanku untuk membawa P3K di dalam tas. Kubersihkan dan kurawat lukanya tanpa disuruh.
“Hai namaku Arkan, terima kasih sudah menolongku. Tapi sepertinya kamu bukan dari desa ini ya? Siapa nama kamu, dan mau kemana?”, tanya dia sambil menjabat tanganku.
“Aku Erik, kesini mau ke rumah kakek Adam, aku cucunya. Apa kamu tau rumahnya?”
“Lhooo…kamu cucunya kakek Adam? Wah kebetulan ibuku bekerja sebagai juru masak dirumah Beliau, dan ayahku bekerja dikebun teh milik kakek Adam. Rumahku tak jauh dari rumahnya. Ayo, aku antar kau kesana!”, tawar Arkan dengan riang.

Singkat cerita, akhirnya aku merasa senang ternyata liburan dirumah kakek tak membosankan seperti yang aku kira sebelumnya. Karena ada Arkan yang selalu menemani selama liburan kali ini. Arkan pribadi yang riang, lucu dan enak diajak ngobrol.
Siang itu seperti biasa setelah sarapan pagi kita berkeliling ke kebun teh, dan duduk dibawah pohon Akasia di sisi utara kebun teh kakek.
“Rik, kamu kan anak orang kaya. Cita-citamu kelak mau jadi apa?”, Arkan tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang selama ini belum pernah aku pikirkan dengan serius.
“Orang tuaku membebaskanku, tapi setiap melihat Ibu mengobati pasiennya…ehm…rasanya aku ingin menjadi dokter juga”, aku tersenyum mendengar jawabanku sendiri.
“Wooowww….keren ya cita-citamu Rik, aku doakan semoga tercapai ya…aku yakin kamu bisa wujudkan”, Arkan tersenyum tulus sambil menepuk pundakku.
” Kalau kamu ingin jadi apa Arkan?”
“Wah….kalau aku sih anak orang miskin Rik, untuk kuliah aja itu cuma mimpi. Tapi misal boleh bermimpi, aku ingin menjadi TNI…” aku lihat mata Arkan berkaca-kaca saat mengucapkannya.
“Raihlah mimpimu Arkan, aku yakin pasti banyak jalan untuk mewujudkannya selama niatmu kuat”, ucapku tulus mendoakannya.
Tak terasa 2 pekan berlalu, banyak kenangan dan pengalaman seru selama liburan di desa kakek. Jujur sedih juga harus berpisah dengan Arkan, dan kami berjanji untuk bertemu kelak saat berhasil wujudkan mimpi kita masing-masing.

Waktu berlalu, aku lulus dari SMA Negeri di kotaku. Dan demi wujudkan mimpiku untuk menjadi dokter, aku berusaha belajar lebih keras lagi. Alhamdulillah Allah mudahkan jalanku, dan aku bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri di ibukota. Jauh dari rumah dan orang tua, aku belajar mandiri dan buktikan bahwa aku mampu membuat mereka bangga.

10th berlalu sejak pertemuanku dengan Arkan di desa Kakek.
Saat ini aku adalah dr. Erik Bramantyo dan hari ini bersama dengan tim kesehatan akan diterbangkan ke wilayah Timur pulau Jawa untuk membantu korban bencana gunung meletus. Sesampai disana kondisi sangat kacau, aku dan Tim langsung disibukkan siang malam menolong para korban bencana.
Dihari ketiga di pengungsian, ada erupsi susulan dan banyak korban yang mengeluhkan sesak nafas. Kami sibuk menolong para korban.
Malam itu, dari kejauhan aku melihat seorang berseragam TNI memanggul seorang kakek di punggungnya.
” Kapten Fandi….ada yang bisa kami bantu?”, tanya rekan dokterku saat melihat pria berseragam itu masuk ke posko Kami.
“Dok….tolong kakek ini segera berikan perawatan karena….”, kata-katanya menggantung saat kami saling berhadapan.
“Arkan??!!”, teriakku girang tak menyangka bertemu dengannya disini. Kulirik name tag diseragamnya Fandi Arkan Diraja, Pantas saja aku tak mengenalinya selama ini sering aku dengar Pimpinan dari TNI yang bertugas bernama Kapten Fandi, ternyata itu adalah panggilan Arkan sekarang.

Kami berpelukan sangat erat dengan rasa haru, dua orang sahabat yang lama tidak bersua dan sekarang bertemu dengan rasa bangga. Karena mengenakan seragam kebanggaan seperti yang Kami cita-citakan dari kecil.
Satu pelajaran yang bisa Kami petik.
“Jangan berhenti bermimpi setinggi langit bahkan jika itu hanya seperti mimpi bagimu. Tapi yakinlah dan wujudkan semua mimpimu hingga kau lupa jika itu hanya mimpi. Karena saat itu terwujud, itu bukanlah mimpi lagi”

— TAMAT —

ERIANSYAH MELVINO PUTRA

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait

Program Literasi Sekolah

Membaca Nadhom asmaul husnah sebelum KBM Madrasatul Quran 30 menit sebelum KBM Menulis buku untuk guru dan siswa Perpustakaan keliling, Perpustakaan digital Membuat mading madrasah Membuat majalah madrasah Membuat pojok baca Perpustakaan di kelas Mengikuti program Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) 2022

Baca selengkapnya...

Prestasi Literasi Sekolah

1. Menerbitkan buku karya siswa 2. Menerbitkan buku karya guru 3. Menerbitkan majalah madrasah 4. Juara lomba membaca Puisi 5. JUARA 1 LOMBA VIDEO PROFIL MADRASAH Tk. MTs. Se kabupaten6. JUARA FAVORIT LOMBA VIDEO PROFIL MADRASAH Se kabupaten

Baca selengkapnya...