Namaku Aveny Paramitha, Ave adalah nama panggilan yang kerapkali di sebut oleh keluargaku, aku anak kedua dari pasangan Gavino el paramitha dan Lilly eka pratama, juga kakakku Nevanael pratama yang selalu mendukungku di kala kedua orangtuaku yang selalu menuntut aku untuk sempurna, kakakku akan menjadi pendengar terbaik di saat aku sedih dan kecewa dengan sikap orangtuaku. Tuntutan itu semakin menjadi pada saat akhir semester satu, peringkatku menurun drastis dari yang awalnya aku peringkat 2 turun ke peringkat 10.
Aku sudah menduga hal itu karena selama ini aku hanya bermain-main, tidak pernah belajar bahkan menganggap remeh ujian akhir semester. Orangtuaku tentu saja kecewa dan marah karena aku hanya bersantai-santai selama satu semester ini.
Turunnya peringkatku juga bukan semata-mata karena aku malas belajar tetapi juga karena orangtuaku yang selalu sibuk bekerja dari pagi sampai malam, pergi ke luar negeri dengan dalih pekerjaan yang tidak bisa di tinggal, tak pernah sekalipun menanyakan keseharianku selama di sekolah, aku sudah biasa akan hal itu dari dulu, tetapi akibat dari perusahaan orangtuaku yang hampir bangkrut karena asisten ayahku yang menghianatinya, mengambil semua berkas-berkas penting milik perusahaan, yang mengakibatkan berubah drastisnya sifat kedua orangtuaku yang dulu selalu makan bersama, bercanda ria, saling bertukar cerita kini hilang bak orang asing yang tak pernah saling menyapa, aku sudah mencoba memahami itu semua tetapi sudah dua tahun terakhir masih sama.
Perusahaan ayahku sudah kembali stabil tetapi kebiasaan buruk itu tidak ikut hilang mereka tetap sama tidak memperdulikan aku dan kakakku, yang mereka pedulikan hanyalah peringkatku bukan usahaku yang selama ini berusaha untuk belajar lebih giat dan selalu mengikuti lomba yang ada di sekolahku, aku selalu memforsir diriku tidak lagi mempedulikan kesehatanku yang semakin menurun. Mereka bahkan tidak datang saat pembagian raporku, yang menggantikan mereka menjadi wali justru kakakku, sebab itu pikiran yang aneh tiba-tiba terlintas di benakku.
“Bagaimana kalau aku menurunkan prestasiku? Supaya keduanya memperhatikan aku lagi” aku pun mulai melancarkan aksiku di semester pertama kemarin.
Aksiku membuahkan hasil walaupun mereka pulang hanya untuk memarahiku, menyuruhku untuk terus belajar dan belajar supaya peringkatku meningkat, tetapi aku sudah cukup senang mereka kembali memperhatikanku lagi.
Akan tetapi perasaan senang itu hanya bertahan sebentar di saat aku memenangkan perlombaan sains antar sekolah mereka tidak datang untuk melihatku memamerkan piala yang kudapatkan, mereka abai akan prestasi yang aku usahakan. Mereka hanya mengucapkan selamat lewat pesan singkat di whatsapp dan memberi hadiah lewat asisten baru ayah. Bukan itu yang aku mau, aku mau mereka datang di hari itu dengan memelukku, mengusap kepalaku sambil membisikkan.
“Good job my girl, ayah dan bunda bangga padamu”
Harapanku itu sirna saat aku hanya menemukan kakakku yang berdiri sendiri di ujung sana.
“Haha again” batinku berucap.
Kakak mulai menghampiriku lalu memelukku.
“Hi love, selamat atas kemenanganmu, kakak turut bahagia melihatnya” katanya sambil mengecup pelipisku, aku membalasnya dan tersenyum.
“Kak di mana ayah dan bunda, mereka sibuk ya? ” kataku basa basi.
Aku sudah tau apa alasannya selain karena kerjaan yang tak bisa ditinggal lah atau apapun itu.
“Ayah ada meeting dengan kolega pentingnya, dan bunda menemani ayah” dia mengatakan itu dengan lirih sambil memelukku.
“Hhuftt..aku hampir lupa kalau aku masih punya keduanya” aku mulai menitihkan air mata.
“Hei princess don’t cry okay, there is still a brother here” kakak menyeka air yang keluar di mataku.
“Aku tak tahu sepenting apa pekerjaan mereka kak, kenapa sampai tak bisa datang di hari bahagiaku” kataku.
“Kemarin kakak sudah berjanji akan mentraktirmu es krim kan, jadi ayo kita pergi ke toko es krim” seperti biasa kakak mengalihkan topiknya
“Oke leggoo.. Aku mau makan es krim sebanyak-banyaknya” ucapku semangat.
“Whatever you want, love” katanya sambil menggandeng tanganku.
Kini sudah mendekati ujian akhir semester genap. Tadi malam bunda menghubungiku lewat telfon singkat, bunda bilang sudah mentransfer uang bulananku dan menyuruhku untuk belajar supaya prestasiku meningkat.
Telfon tersambung ..
“Adek uang bulanan sudah bunda transfer kemarin, nanti di cek ya sudah masuk atau belum, adek jangan lupa belajar ya, adek harus dapat peringkat terbaik di kelas” ucap bunda padaku.
“Iyah bunda nanti adek cek, adek pasti belajar kok bunda tenang aja” ucapku.
“Adek telfonnya bunda matiin ya, bunda udah di panggil ayah, dah adek” ucap bundaku mengakhiri telfon.
“Dahh..” ucapku lesu.
Bunda tak menanyakan kabarku dia hanya menyuruhku untuk belajar.
Aku langsung bergegas menuju meja belajar dan mulai mempelajari ulang materi yang di sampaikan guruku, mengerjakan tugas dan mencatat materi-materi penting yang harus ku pelajari hingga larut malam. Aku terlalu fokus hingga tak menyadari kakakku masuk kekamarku.
“Adek, jam segini kok masih belajar bukannya tidur” katanya mengejutkanku.
“Adek harus belajar lebih giat kak, supaya peringkat adek meningkat lagi” kataku kembali fokus mengerjakan tugas.
“Tidur dek, udah tengah malem, besok baru lanjut lagi gapapa” katanya sambil memegang pundakku.
“Iya nanti adek tidur, tinggal sedikit lagi kok” ucapku memberi penjelasan.
“Gak ya.. tidur sekarang! ” ucapnya memerintah.
“Ish orang belum selesai juga” kataku sebal.
“Princess..rajin belajar boleh tapi jangan sampai terlalu over, nanti tubuh kamu juga yang sakit ” katanya lembut.
“Iya iya ini aku tidur” kataku sambil membereskan meja belajar.
“Nah gitu dong, besok juga kan kamu masuk sekolah harus bangun pagi” katanya.
“Iya adek tau, dah sana adek mau tidur ” kataku mengusir.
“Good night princess, have a nice dream” dia mengecup keningku, menarik selimutku dan mematikan lampu kamar, setelah itu dia pergi keluar kamarku.
Sudah satu minggu aku terus menerus memforsir diriku untuk selalu belajar, mengabaikan jam makan dan jam tidurku yang berantakan, besok hari senin sudah masuk ujian akhir semester. Aku masih betah duduk di meja belajarku mencatat materi yang penting untuk di pelajari. Sekarang sudah jam delapan malam berarti sudah terhitung empat jam aku berkutat dengan buku-buku ini, setelah pulang sekolah tadi aku langsung naik keatas masuk kekamar dan menguncinya supaya tak ada yang mengganggu ku, aku melewatkan makan malamku.
Dan sekarang aku menyesalinya, perutku mulai terasa sakit, kepalaku pusing, aku berusaha berjalan ke arah meja di samping tempat tidurku untuk mengambil obat maag, iya obat maag aku sudah menderita penyakit ini dua tahun terakhir dan sudah sampai tahap akut, aku merahasiakannya dari kedua orangtuaku, hanya kakak saja yang tahu aku mengidap penyakit ini.
“Ughh” lenguh ku.
kepalaku semakin pusing penglihatanku pun semakin buram, ku remas kepalaku dengan harapan pusing yang kualami sedikit mengurang, tetapi usahaku tak membuahkan hasil, perlahan-lahan mataku terpejam tak bisa ku lawan dan
Bbrukk.. tubuhku ambruk.
Pov Nevan
Aku baru saja pulang kuliah di sambut dengan suasana sunyi dan sepi rumah ini, aku mencari keberadaan adikku tercinta, kurasa dia sudah pulang dari sekolahnya jam dua siang tadi tetapi kenapa lampu rumah tak ada yang menyala, aku melepas tas ranselku kuletakkan di sofa langsung aku bergegas naik ke lantai atas untuk memastikan adikku berada dikamarnya atau tidak.
Ku ketuk pintu kamarnya.
“ave apa kamu di dalam? ” tak ada yang menyauti.
Ku coba menarik handle pintunya.
” oh sial, dikunci dari dalam” umpatku.
Aku merogoh saku celanaku mengambil handphoneku langsung menuju ke aplikasi berwarna hijau, aku ketikkan pesan singkat yang menanyakan keberadaannya, terkirim centang satu itu tandanya handphonenya mati
Aku ketuk sekali lagi.
” princess kamu baik-baik saja?” Tanyaku memastikan.
Dan sialnya tak ada yang menyahuti dari dalam, aku mulai panik mungkin saja Ave kenapa-napa di dalam aku mulai mendobrak kasar pintunya, ku dorong sekuat tenaga dan
Bbrakk.. pintu itu terbuka aku masuk kekamarnya dengan tergesa-gesa dan semakin kalut melihat dia terbaring di lantai tak sadarkan diri.
“Ave, Ave, Aveee bangun Avee” ku tepuk pelan pipinya.
Ave tak kunjung bangun aku buru-buru membopongnya dan membawanya turun kebawah mengambil kunci mobil yang berada di atas meja ruang tamu, untung saja mobil belum ku parkir di garasi, dengan cepat aku letakkan Ave di kursi penumpang membaringkannya di samping kursi kemudi. Aku mengendarai mobil layaknya orang kesetanan dengan kecepatan di atas rata-rata akhirnya tak lama mobil yang ku kendarai sampai di halaman rumah sakit. Segera aku turun dan tak lupa membawa ave, aku berlarian di koridor meneriaki para pekerja di rumah sakit yang aku anggap lamban, akhirnya ada empat perawat yang membawa brankar menghampiriku, ave ku letakkan di atasnya lanjut mengikuti keempat perawat tadi.
Jam menunjukkan pukul 12.00 dini hari, Ave sudah di periksa dan kini dia sedang istirahat, aku duduk di luar ruangan dengan keadaan lelah dan masih merutuki diriku sendiri menyalahkan terjadinya kejadian ini karena kelalaianku sebagai kakak yang tak bisa menjaga adiknya, aku sudah menelpon ayah kemungkinan mereka tiba di rumah sakit jam empat pagi, mereka harus tau kondisi ave seperti ini karena kelakuan mereka yang tak bertanggung jawab sebagai orang tua, aku ingin marah kepada keduanya yang telah merubah sikap adikku hingga jadi seperti ini.
“Nevan di mana Ave? Apa dia sudah bangun Nevan? ” ucap ayah yang baru datang.
“Adik kenapa nevan? Cepat jawab! ucap bunda tak sabar.
Mereka berdua baru saja tiba dan langsung kemari, mereka juga tampaknya berlari-lari di sepanjang koridor rumah sakit.
“Ave di dalam sedang istirahat, sebaiknya jangan ganggu dia dulu ” ucapku memberi penjelasan.
“Kenapa ave sampai harus masuk rumah sakit nevan? ” ucap ayah penasaran.
“Iya nevan, sebenarnya apa yang kalian berdua sembunyikan? ” timpal bunda.
“Sebenarnya Ave sakit maag akut dari dua tahun yang lalu, Nevan terpaksa menyembunyikannya karena Ave kekeuh tidak mau kalian tau ” aku menceritakan semua yang Ave alami selama ini supaya mereka sadar atas kelalaian mereka.
“Aaa..” ucap bunda tertunda.
“Jangan selat Nevan dulu bunda, Nevan belum selesai” sautku langsung.
“Dia menderita penyakit itu karena kalian berdua, ayah dan bunda sadar gak kalau selama ini kalian terlalu obsesi menyuruh Ave untuk mandapat peringkat terbaik ? Menyuruhnya untuk selalu belajar, secara tak langsung kalian menuntut ave untuk jadi yang terbaik dan dengan bodohnya ave menuruti perintah kalian, dia belajar terus menerus tanpa henti, selalu mengikuti lomba yang di adakan di sekolah, supaya kalian bangga dengannya, Ave mengorbankan waktu istirahatnya, melewatkan waktu makannya hanya demi kemauan kalian yang selalu menyuruhnya tanpa henti, dan puncaknya tadi malam penyakit maaghnya kambuh dia pingsan di kamar sendirian, untung Nevan tadi pulang kuliah lebih awal kalau ngga Nevan ga tau nasib Ave sekarang gimana” ucapku panjan lebar.
respon keduanya hanya diam dan merenung,
“Bunda selama ini kita tidak becus mendidik anak-anak kita” ayah akhirnya angkat bicara setelah diam beberapa menit.
“Bunda kira selama ini bunda sudah benar mendidik kalian ternyata akibat kelalaian bunda Ave jadi seperti ini” ucap bunda lirih.
“Nevan ayah minta maaf kalau selama ini ayah gagal menjaga kalian, maaf ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan ayah, membawa bundamu untuk ikut serta dengan kesibukan ayah” timpal ayah.
Hatiku lega karena keduanya faham apa yang selama ini mereka lakukan itu salah.
“Ayah dan bunda sebaiknya minta maaf ke Ave dia yang terkena dampak dari perilaku kalian” ucapku memberi saran.
Pov Ave
Saat ini ayah, bunda, dan kakak sedang berkumpul di ruang inapku, bunda duduk di kursi sebelah brankarku, ayah dan kakak duduk di sofa sepertinya mereka berdua membahas tentang pekerjaan.
“Adik maafin bunda ya kalau selama ini bunda sibuk menemani ayah sampai lupa memperhatikan kakak dan adik di rumah, maafin bunda kalau selama ini bunda selalu menyuruh adik belajar” sesal bunda.
“Bunda ga perlu minta maaf, Ave gapapa” balasku.
“Setelah ini adik jangan maksain diri lagi ya.. belajar sewajarnya aja bunda ga mau maksa dan ngekang adek ” ucap bunda lagi.
“Iyaa bunda..maaf ya adek ga bisa jaga kesehatan adek sendiri, jadi ngerepotin ayah sama bunda” sesalku.
“Adik ga ngerepotin bunda sama sekali, adikkan anak bunda” ucap bunda sambil memelukku.
“Wih apanih peluk-pelukan ga ngajak, ayah juga mau join” ucap ayah menghampiri dan ikut berpelukan.
“Nevan juga mau ikuttttt….” saut kakak.
“Semoga kita selalu bersama sampai maut memisahkan tuhan..” batinku.
Cerpen by Aghisna Auladah (9A)