Hubungan dan Pertengkaran
Pertama masuk ke pondok pesantren, aku awalnya tidak punya teman karena waktu itu aku masih menjadi santri baru. Pengurus mengumpulkan semua santi baru di dalam sebuah kamar yang nantinya akan ditempati santri baru. Di situlah nantinya kita akan dikumpulkan untuk saling berkenalan. Alhamdulillah, setelah perkenalan, aku mendapatkan teman sepantaran. Setelah saling berkenalan, kami pun pergi untuk makan bersama untuk makan bersama.
“Ayo makan sama aku, aku dibawain nasi banyak sama ibuku.”
“Gak usah. Kamu aja yang makan. Aku tadi udah makan kok.”
“Kalau kamu gak makan, ya sudah. Aku gak makan juga.”
Akhirnya dengan terpaksa aku ikut makan dengan dia dan ujung-ujungnya, kita tidak bisa menghabiskan nasi itu. Dan saat kita mau tidur, dia bingung mau tidur dimana dan aku memutuskan untuk mengajaknya tidur di kasurku.
Paginya, setelah sholat subuh kita merasa gabut dan kita memutuskan untuk mandi. Awalnya kita tidak tahu istilah antri untuk mendapatkan antrian mandi dari kamar mandi yang ingin ditempati. Sebelum tahu istilah tersebut, kita selalu menyelat kamar mandi orang. Dan sehabis mandi pagi kita bingung tidak tahu harus melakukan apa dan kita memilih duduk di tangga kuning dengan keadaan kita memakai celana training dan baju lengan pendek dan tidak memakai jilbab. Karena masih merasa bosan, kita memutuskan pindah ke tangga berputar. Ketika merasa bosan lagi, akhirnya kita kembali ke kamar dan tidur. Malammnya santri baru disuruh untuk masuk ke kamar pengurus dan dikasih tahu peraturan yang banyak banget dan salah satunya adalah jika mau lewat di tangga kuning harus memakai rok dan jilbab (beda lagi kalau memakai seragam olahraga untuk kepentingan sekolah). Setelah tahu peraturannya, eh kita masih saja tetap nongkrong di tangga kuning.
Setelah beberapa hari kenal dengan dia, kita selalu kemana-mana berdua dan sudah seperti saudara, padahal mah bukan. Hari-hari terus berlalu dan kita juga semakin dekat. Sampai kita memahami karakter satu sama lain. Jika dia ku deskripsikan, dia memiliki sifat yang baik. Namun, kalau dengan orang yang tidak terlalu dekat dengan dia, dia akan cuek. Anaknya pintar dan cantik. Hari semakin berlalu kita juga semakin lebih dekat, ya meskipun kita berbeda sekolah, tetapi kita selalu berangkat bersama. Dan saat berangkat ke sekolah, kita selalu melakukan hal konyol, yaitu balapan. Saat masih di samping MTs, kita buru-buru ngebut sambil ketawa-ketiwi. Sampai pernah diketawain dengan salah satu santri laki-laki yang kebetulan berangkat sekolah, Walaupun diketawain, kita mah bodoh amat, soalnya apapun itu yang membuat kita tertawa bakal kita terusin.
Hari-hari semakin berlalu, datanglah masalah yang menimpa dia yaitu dia dekat dengan santri laki laki yangberinisial HM sampai disidang oleh pengurus santri laki laki dan perempuan. Karena merasa malu dan marah akhirnya saat di kamar dia langsung bercerita kepadaku dan menangis. Saat dia menangis, aku mencoba menenangkannya agar dia tidak menangis lagi. Setelah lama menemaninya menangis, akhirnya kita tertidur dengan keadaan satu selimut karena saat curhat dia menutupi tubuh kita berdua dengan selimut.
Beberapa hari kemudian, datang suatu masalah yang disebabkan oleh seseorang. Masalah itu berawal dari seorang bocil. Bocil itu membuat aku dan dia bertengkar karena mengadu domba di antara kita berdua. Bocil itu memengaruhi saya dengan berkata,
“Mbak, makanan ringan punyamu loh diejek sama mbak itu…”
“Diejek gimana seh?”
“Katae udah gak.bisa di makan.” Berawal dari itu aku dan dia jadi tidak pernah bersama lagi. Dan semakin berjauhan.
Setelah beberapa hari si bocil tadi terus saja mengadu domba kita berdua.
“Mbak kamu diejek lagi kata e kamu ngebet jadi pengurus karena kamu deket terus sama pengurus”
Hingga suatu hari aku dihampiri olehnya dan memberikan kertas kepadaku yang bertuliskan, “MAAFKAN AKU YA SOALNYA AKU BANYAK SALAH SAMA KAMU! AKU GAK MAU BERANTEM SAMA KAMU KARENA KAMU TEMAN PERTAMAKU DI SINI.” Setelah membaca itu, aku pun merasa terharu dan hampir saja menangis. Ingin sekali untuk tidak bertengkar dengan dia, tetapi entahlah rasa gengsi lebih besar, jadi aku masih bertahan menjauh dari dia.Selang beberapa hari, kita saling memaafkan dan berpelukan. Akhirnya kita pun baikan
“Maafin aku ya egois banget dan gampang percaya sama omongan bocil itu”
“Iya gak papa kok, dan maafin aku juga ya karena kadang masih bertingkah kayak anak kecil”
Kita berbicara bahwa awal mula kita bertengkar karena seseorang yang mengadu domba kita berdua dan membuat kita berjauhan seperti orang yang tidak kenal. Setelah pembicaraan di kamar itu, kita menjadi baikan lagi seperti awal dan kembali berteman seperti dulu.
Jadi, saat kita menjalin pertemanan janganlah sampai kita mudah terhasut dengan omongan orang yang bisa membuat hubungan pertamanan itu hancur dan cobalah untuk memahami sifat teman kita agar bisa membuat hubungan pertemanan itu menjadi bertahan lebih lama. Adanya pertengkaran di antara hubungan pertemanan itu adalah suatu cara untuk mempererat hubungan pertemanan kita.
____________________
Oleh : Norin Novtalia