DOA, IKHTIHAR DAN TAWAKKAL
karya : zahrotulsita novika
Amu adalah gadis yang baik. Dia ramah dan memiliki wajah rupawan. Dia disenangi banyak orang karena sifatnya. Selain itu, dia juga adalah anak yang jujur. Amu tidak pernah mencontek. Dia selalu melakukan apa pun dengan mandiri Suatu hari guru Amu menerangkan tentang manfaat berdoa dan beribadah.
“Jika kita mau melakukan apa pun, harus diawali dengan doa. Allah menyukai orang-orang yang berdoa. Karena itu, beroalah kepada-Nya.” Begitu nasihat dari guru agama Amu.
Sejak saat itu Amu selalu berdoa sebelum melakukan sesuatu. Ketika ujian tiba Amu berdoa agar dia bisa mengerjakan ujiannya dengan lancar.
“Ya Allah, lancarkan hamba dalam menjalankan ujian ini. Amin” Amu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kemudian dia mulai fokus dengan lembar soal yang ada didepannya.
“Tuas yang panjangnya 1,5 m digunakan untuk mengangkat batu seberat 1200N. Jika titik tumpu diletakkan 0,5 dari batu, berapa gaya yang harus dikeluarkan?”
Amu mengeryitkan dahi tidak paham.
“Nggak masuk akal, harusnya kayunya patah.” Ujar Amu pelan. Dia membaca basmallah lalu menyilang asal jawabannya.
“Kenapa nyamuk menghisap darah?” Amu mendengus kesal.
“Mungkin dia nggak mampu beli rokok.” Amu kembali membaca basmalah sebelum menyilang jawabannya dengan asal-asalan.
Ujian telah selesai, waktu penerimaan rapot sudah tiba. Ada anak yang senang melihat nilai rapotnya, ada juga yang sedih melihat rapotnya. Salah satunya adalah Amu. Saat ini Ami sedang berada diruang guru karena mendapatkan nilai rapot sangat jelek. Disampingnya ada Sang Bunda dan didepannya ada wali kelasnya.
“Mohon maaf ya Ibunya Amu, saya memanggil anda kesini karena saya terkejut melihat nilai rapot Amu. Jika Amu ada kendala belajar, tolong dibicarakan kepada guru mapel yang tidak dimengerti.” Ucap guru agama yang tak lain adalah wali kelas Amu.
“Aduh, ini rapot apa kebun strawberry? Kok banyak merahnya.” Ibu Amu terkejut melihat rapot Amu penuh warna merah.
“Kamu ngasal ya pilIih jawabannya?” Tanya Sang Bunda.
“Nggak kok, aku udah mikir keras tapi jawabannya nggak ada dipilihannya. Jadi ya aku cap cip cup..” Jawab Amu ragu-ragu.
“Astaga Amu..” Sang Ibu mengusap wajahnya pelan.
“Nak Amu, nilai kamu biasanya bagus loh, tidak seperti ini. Kenapa di ujian kali ini bener-bener anjlok? Kamu ada kendala saat menerima pelajaran?” Tanya wali kelasnya.
“Nggak ada, Pak” Jawab Amu seraya menggelengkan kepala.
“Terus kenapa? Ada apa? Kamu belajar sebelum ujian?” Tanya wali kelasnya lagi.
“Nggak” Kedua orang yang mendengar perkataan Amu langsung terdiam saling bertukar pandang.
“Kenapa kamu nggak belajar, nak?”
“Soalnya aku udah berdoa.”
“Hm?” Guru itu mengerutkan dahi tidak mengerti.
“Kan Bapak sendiri yang bilang, kalo mau urusannya lancar dan berjalan baik maka harus diawali sama doa. Jadi aku sebelum ujian berdoa, berdoa terus tapi kenapa nilaiku jelek? Bapak bohong ya?” Ujar Amu sedikit cemberut. Sang guru tersenyum lembut, tampaknya muridnya ini sedang salah paham.
“Jadi gini Amu, doa adalah langkah kedua setelah usaha atau ikhtiar. Jika seseorang hanya berdoa tetapi belum berusaha, bearti belum sepenuhnya mengubah nasib. Sebaliknya usaha tanpa doa berarti melupakan hakikat bahwa manusia tidak berkuasa atas apapun kecuali atas kehendak Allah SWT. Keduanya harus dilakukan kalau Amu mau mendapat nilai bagus. Amu harus usaha, belajar yang rajin terus Amu berdoa biar diberi kelancaran dalam belajar. Setelah itu harus tawakal.”
“Tawakal itu apa?”
“Tawakal itu berserah diri kepada Allah, jadi kalau misalkan Amu udah berusaha dan berdoa tapi hasilnya tidak sesuai keinginan Amu, maka Amu harus ikhlas. Mungkin usaha Amu kurang, mungkin doanya kurang khusyuk, mungkin Allah punya rencana lain buat Amu. Jadi Amu nggak boleh patah semangat, harus terus berusaha. Begitu, paham?”
“Paham Pak!”
“Amu udah pinter mau berdoa, sekarang ditambah usaha biar hasilnya maksimal ya?”
“Siap Pak!”
TAMAT